PKM-K : Budidaya Sayuran Organik Secara Vertikultur


Berikut ini adalah Proposal PKM yang sudah saya buat dan berhasil lolos didanai tahun 2012. Dana yang disetujui adalah Rp 5.000.000,- dari dana yang diajukan adalah sebesar Rp 5.250.000,-. Semoga dapat menjadi referensi...

A. Judul Program
Budidaya Sayuran Organik secara Vertikultur
B. Latar Belakang Masalah
Sayuran organik mulai ramai dibicarakan sekitar 5 tahun yang lalu, pertanian organik semakin berkembang dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan produk ini. Konsumen kelas menengah ke atas merupakan target pasar dari usaha ini, alasan  mereka memilih sayuran organik adalah karena sayuran organic merupakan produk yang aman bagi kesehatan. Produk ini lebih sering ditemui di supermarket atau  pada agen khusus produk pertanian organik,. Harganya pun sedikit lebih mahal dibandingkan sayuran pada umumnya.
Slogan atau kiasan back to nature, merupakan satu alasan meningkatnya permintaan pada sayuran organik. Tingginya permintaan ini tidak hanya pada petani sayuran organik, produsen pupuk dan pestisida organik, penjual bibit hingga pedagang eceran sayuran organik akan mengalami hal serupa. Apalagi permintaan sayuran organik pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka peluang bagi petani sayuran organik untuk melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Tetapi masalahnya, kata Soedjais untuk memenuhi permintaan di dalam negeri saja petani sayuran organik sudah kewalahan sehingga untuk sementara orientasi pasar ekspor dilupakan.
Target pasar yang memungkinkan saat ini adalah supermarket. Namun karena permintaan supermarket biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani organik masih terbatas, maka banyak petani ber-partner dengan supplier sayuran organik yang lebih besar. Melalui supplier ini, sayuran organik yang segar itu dipasok ke supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.
Selain pasokan yang belum sepenuhnya bisa dipenuhi, harga sayuran organik bisa 3 kali lipat harga sayuran anorganik, teknik pemeliharaannya pun mudah, murah, dapat ditanam dimana saja dan siklus perputaran produksinya cepat. Pada dasarnya berbudidaya sayuran organik bisa dilakukan dimana saja asalkan tanahnya subur. Sayuran seperti bayam, sawi, katuk, pak choy, caisim, selada, kangkung dan kemangi adalah sayuran paling menguntungkan jika dibudidaya. Menariknya lagi, budidaya sayuran pun bisa dilakukan dilahan sempit seperti pekarangan yang berukuran tidak begitu luas bahkan seiring perkembangan zaman, sayur dapat dibudidayakan dengan sistem vertikultur yaitu sebuah metode penanaman secara vertical yang umumnya menggunakan pipa sebagai media tanam. Sayuran musiman yang bisa cepat panen seperti bayam, kangkung, selada, pakcoy, caisim bisa jadi pilihan utama. Selain itu, penanaman sayuran organik bisa ditanam dalam polybag, kaleng bekas, baskom atau ember yang disusun berjejer di rak bertingkat yang terbuat dari kayu. Dengan media tanam campuran tanah dan kompos 1:1 serta penyiraman 2 kali sehari, sayuran tersebut bisa dipanen dalam waktu 3 minggu. Untuk mendapatkan bibit sauyuran organik ini bisa diperoleh di petani sayuran organik, toko pertanian, atau menyemainya sendiri.
Merupakan sebuah pilihan yang tepat mengingat Indonesia adalah Negara agraria yang lahannya subur dan cocok untuk berbagai tanaman. Selain itu, Institut Pertanian STIPER merupakan sebuah kampus pertanian yang memerlukan sedikit sentuhan usaha bercocok tanam agar mahasiswanya dapat lebih mengenal dan mencintai dunia pertanian.
C. Perumusan Masalah
Seiring kemajuan zaman, penggunaan bahan-bahan kimia dalam dunia pertanian dianggap sudah sangat biasa dan merupakan suatu hal yang wajib diterapkan oleh para petani pada umumnya. Tanpa disadari mereka telah mencicil untuk merusak lingkungan yang selama ini dijadikan tempat tinggal para petani itu sendiri khususnya. Oleh karena itulah perlu adanya kesadaran untuk merubah kebiasaan buruk tersebut menuju pertanian yang ramah lingkungan dan bebas polusi bahan-bahan kimia. Selain itu, lahan pertanian di negeri ini semakin lama semakin sempit kuantitasnya, bahkan pertanian yang sebenarnya merupakan unsure vital dalam kehidupan ini menjadi suatu hal yang dinomorsekiankan di dalam kehidupan manusia. Mereka lebih memandang penting adanya sebuah fasilitas-fasilitas mewah yang membuat negeri ini semakin cantik namun sebenarnya menangis karena ketidakseimbangan komponen-komponen yang mengisi dunia ini. Namun merubah suatu hal yang sudah terlanjur besar tak ubahnya seperti menulis di atas air, jadi perlu adanya suatu inovasi agar pertanian dan kehidupan ini tetap dapat lestari. Salah satu metode yang sangat direkomendasikan dalam budidaya tanaman pertanian adalah metode vertikultur. Jika umumnya petani melakukan ekstensifikasi dengan melakukan perluasan area secara horizontal, kali ini perlu adanya inovasi yaitu meluaskan area tanam ke arah vertikal, yaitu sistem tanam bertingkat yang sudah diterapkan para petani hanya sebagian kecil mengingat metode tersebut belum tersebar kepada seluruh petani di negeri ini. Dengan metode vertikultur, hasil yang dapat diperoleh akan berlipat dan otomatis keuntungan yang didapatkan juga semakin besar. Secara logika, jika dalam satu lubang tanam umumnya hanya menghasilkan 1 tanaman sawi, dengan metode vertikultur yakni dalam hal ini media yang digunakan adalah pipa paralon maka dalam satu lubang tanam dapat menghasilkan 4-5 tanaman sawi. Merupakan suatu hal yang sangat intensif dalam pemanfaatan lahan. Selain itu, dengan metode ini lahan yang dibutuhkan tidak harus luas dan cukup sempit saja mengingat hasilnya berlipat ganda dari budidaya tanaman umumnya.
D. Tujuan
Seperti telah dikemukakan pada ulasan-ulasan sebelumnya, program kewirausahaan ini tak sekedar untuk memperoleh keuntungan namun juga membangun kesadaran sebagai petani akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan agar dapat terus dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi manusia yang bebas polusi bahan-bahan kimia serta perluasan area tanam secara vertikal dalam hal ini adalah memanfaatkan metode vertikultur. Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam program ini adalah sebagai berikut:
1. Mereduksi penggunaan bahan-bahan kimia dalam dunia pertanian sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan.
2. Mengembangkan usaha budidaya sayur organik terutama sawi, kangkung, bayam, dan kubis dalam rangka memasok kebutuhan pasar yang masih memerlukan sayur organik dalam jumlah besar.
3. Menciptakan lahan pertanian bebas OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan paranet dan reduksi bahan-bahan kimia untuk meminimalisir dampak yang lebih besar dari bahan-bahan kimia itu sendiri.
4. Upaya penghematan tempat dan mengintensifkan lahan sempit untuk bercocok tanam dengan metode tanam vertikultur yang merupakan metode penanaman secara vertikal.
E. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah sayuran organik bebas pestisida dan bahan-bahan kimia lainnya serta hasil pertanian yang berlipat ganda dari budidaya tanaman pada umumnya dengan metode vertikultur sebagai upaya memanfaatkan lahan sempit sebagai lahan untuk bercocok tanam. Selain itu, dengan adanya penggunaan paranet sebagai pagar keliling untuk melindungi sayuran organik dari perkembangbiakan OPT melalui angin, diharapkan dapat tercipta sebuah greenhouse khusus untuk sayuran organik vertikultur.
F. Kegunaan Program
Program ini sangatlah berkaitan dengan bidang yang diambil pengusul program dan merupakan sebuah pengembangan awal bagi seorang mahasiswa pertanian untuk lebih merasakan bagaimana menjadi petani yang sebenarnya tanpa harus terus mendengarkan teori dasar yang diberikan oleh dosennya. Adapun beberapa poin terkait dengan kegunaan program ini, diantaranya adalah:
1. Untuk melatih yang bersangkutan agar lebih terbiasa dengan lingkungan pertanian di lapangan.
2. Mengembangkan usaha sayuran organik sebagai langkah awal menuju kesuksesan para petani sayur.
3. Memberikan kesadaran kepada para petani bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak mengotori Bumi ini dengan bahan-bahan kimia pertanian.
4. Memanfaatkan lahan sempit seefisien mungkin dengan metode tanam vertikal.
G. Gambaran Umum Rencana Usaha
1. Tahap awal Usaha
a. Penataan area usaha yakni berupa lahan bercocok tanam sistem greenhouse serta penataan area tanam menyesuaikan dengan metode vertikultur.
b. Analisis kendala-kendala dan kelemahan-kelemahan yang sekiranya dianggap perlu direduksi.
2. Pasar dan Persaingan
a. Target Pasar
1. Ibu rumah tangga
2. Masyarakat yang peduli akan kesehatan
b. Positioning
Keberadaan sayur organik yang masih relatif sedikit di negeri ini membuka peluang yang cukup besar untuk memberikan kemudahan untuk memasarkan kepada konsumen. Selain itu adanya slogan back to nature yang melekat pada sayuran organik membuat sayuran yang sebenarnya biasa ini menjadi memiliki nilai di mata masyarakat.
c. Potensi pasar di D.I. Yogyakarta
Sayuran organik di daerah Yogyakarta memang bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Namun keberadaannya masih banyak dicari oleh masyarakat yang peduli dan mengerti akan pentingnya menjaga kesehatan.
3. Pemasaran dan Penjualan
a. Produk
Sayuran organic merupakan sayuran yang ditanam bibit sayuran biasa namun perawatan seluruhnya adalah menggunakan pupuk organik, sedangkan untuk pengendalian OPT, menggunakan pengendalian mekanis dan musuh alami OPT sehingga tanaman yang dihasilkan pun bebas dari bahan-bahan kimia. Untuk tahap awal, sayuran yang akan ditanam hanya 4 jenis, yaitu sawi, bayam, kangkung, dan kubis yang nantinya akan ditanam secara bersamaan dengan metode vertikultur yang telah dijelaskan di depan.
b. Harga
Untuk tahap awal penjualan, harga yang dipatok bervariasi untuk masing-masing jenis sayuran. Berikut ini merupakan prediksi harga per kg yang akan dipatok pada tahap awal, namun karena masih dalam tahap awal, perlu adanya promosi untuk menarik minat konsumen yaitu dengan mematok harga yang disesuaikan dengan harga pasar pada umumnya.
Tabel 1. Harga sayuran menyesuaikan harga pasar di pedesaan
Jenis Sayuran Harga per kg
Sawi 3000
Bayam 2000
Kangkung 2000
Kubis 3500

c. Lokasi
Lokasi penjualan dan pemasaran sayuran organic ini akan diawali dengan menjualnya di pasar pedesaan seperti jika di daerah maguwoharjo adalah pasar Stan. Selain itu juga akan dijual ke toko-toko sayuran yang akan diajak kerjasama agar bersedia menerima supply sayur organik dari produk kami. Setelah itu, jika dirasa berhasil, sayuran akan dipasarkan ke supermarket-supermarket yang biasanya menjual sayuran organik.
d. Resiko peluang pasar
Karena ini masih di tahap awal, jadi sayuran organic kemungkinan akan dianggap sebuah sayuran yang dianggap biasa dan dipandang mempunyai nilai yang umum sehingga akan membuat harganya pun tidak terlalu istimewa. Berbeda jika sudah dipak dan diberi label bahwasannya produk yang dijual adalah sayur organik maka dapat dimungkinkan produk sayur organic akan memiliki nilai jual yang di atas rata-rata. Namun, hal itu bukanlah suatu hal yang akan berdampak pada kerugian, hanya saja keuntungan yang diperoleh dapat dikatakan relatif kecil.
e. Profil Perusahaan
Perusahaan yang berkecimpung dalam ruang lingkup budidaya sayuran organic ini akan diberi nama “Verti-Organik” yang berasal dari kata vertikultur dan sayuran organik. Diharapkan dengan diberinamanya perusahaan sederhana ini, suatu hari nanti dapat semakin berkembang dan semakin besar hingga dapat melakukan ekspor ke luar negeri.
Visi
Menciptakan tanaman bebas bahan kimia berlipat ganda demi melestarikan lingkungan dan mereduksi polusi udara karena bahan-bahan kimia.
Misi
1. Memberikan konsumsi sayur yang sehat kepada masyarakat agar terjauh dari penyakit yang diakibatkan oleh bahan kimia.
2. Memanfaatkan lahan-lahan pertanian seefisien dan seefektif mungkin dengan sistem tanam vertikultur.
3. Memberikan kesadaran kepada para petani agar beralih ke pertanian organic karena mengingat dampak positifnya terhadap lingkungan.

H. Metode Pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan : lahan pertanian kawasan Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
1. Peralatan
a. Pipa paralon
b. Selang plastik
c. Cangkul
d. Gembor
e. Paranet
2. Bahan
a. Pupuk organik
b. Tanah Gembur
c. Bibit sayuran (bayam, kangkung, sawi, dan kubis)
d. Sekam
3. Proses pelaksanaan
a. Penyewaan lahan
Lahan yang digunakan adalah lahan sewa milik desa mengingat harganya yang lebih murah jika dibandingkan dengan menyewa kepada para petani yang umumnya harus melalui proses negosiasi untuk memperoleh harga yang murah.
b. Persiapan lahan
Pada tahap awal, hal yang perlu disiapkan adalah lahan yang akan ditanami harus sebaik mungkin karena sangat berpengaruh pada hasil akhirnya nanti. Seperti pengendalian gulma dengan cara dibajak berulangkali jika gulma tersebut adalah gulma tahunan atau bisa juga gulma semusim yang pengendaliannya hanya perlu dibabat sebelum berbunga. Hal-hal seperti itu perlu dilakukan di tahap awal. Selain itu, tanah juga perlu dilakukan pengolahan mulai dari pengairan hingga proses penggemburan tanah. Setelah semua itu selesai, tahapan selanjutnya adalah menata lokasi penanaman seperti tujuan awal yaitu mengelilingi lahan dengan menggunakan paranet yang diameter lubangnya beberapa cm sebagai upaya untuk mengantisipasi penyebaran hama dan pathogen melalui udara yang disebarkan oleh angin dan serangga.
c. Penanaman dan Pemeliharaan
Menyesuaikan dengan metode vertikultur, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menanam pipa di lubang pada tanah yang sebelumnya pada bagian samping telah dilubangi sebagai lubang tanam kemudian pipa tersebut diisi dengan tanah gembur yang telah dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan tertentu. Setelah itu disiram dan bibit sawi dimasukkan pada lubang tanam di samping pipa. Lalu di lubang pipa bagian atas ditanam bibit kubis sedangkan di media tanah dasarnya ditanami bayam dan kangkung dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat. Berikut ini merupakan salah satu contoh gambar sistem tanam vertikultur dengan menggunakan pipa untuk tanaman sawi:
image
Gambar 1. Contoh sawi yang dibudidayakan dengan sistem vertikultur
d. Pemanenan
Setelah selesai ditanam dan dirawat hingga kurang lebih 2-3 bulan, sayuran siap untuk dilakukan pemanenan.
e. Pemasaran
Sayuran dipasarkan di pasar pedesaan dengan sistem timbang borongan. Hal ini berjalan setidaknya hanya di awal saja, dan rencananya ke depan adalah pemasaran ke supermarket sambil memperbaiki kualitas produk.
I. Jadwal Kegiatan Program
No Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5
1 Penyewaan lahan
2 Persiapan lahan
3 Penanaman dan Pemeliharaan
4 Pemanenan
5 Pemasaran
6 Evaluasi program
7 Penyusunan laporan
8 Perencanaan ke depan



Gambar 3. Diagram alir proses pelaksanaan program
J. Rancangan Biaya
Biaya Investasi
1. Bahan Habis Pakai
2. Peralatan Penunjang PKM-K
3. Perjalanan
4. Lain-lain
Jumlah total dana yang dibutuhkan adalah
Rp 4.860.000,00 ( I )
Rp 80.000,00 ( II )
Rp 60.000,00 ( III )
Rp 250.000,00_+ ( IV )
Rp 5.250.000,00


Perhitungan Laba dan BEP ( Break Event Point )
a. Untuk 1 kali tanam pada petak 100 m2 jangka waku 2 bulan
- Modal
Bibit sayuran 100000
Pupuk Organik 400000
Lain-lain 100000
Jumlah 600000

Tabel 2. Prediksi Produksi penjualan
Jenis Sayuran Berat Penjualan
Sawi 3,5 ku 1700.000
Kubis 1 ku 350.000
Bayam 27 kg 54.000
Kangkung 36 kg 108.000
Jumlah 2212.000

Laba = Produksi – Modal = 2.212.000 – 600.000 = 1.612.000
b. BEP
Dari perhitungan di atas, maka untuk mencapai BEP diperlukan waktu = ( 5.250.000 : 1.612.000 ) * 2 bulan = 7,12 bulan

K. Lampiran
1. Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana
2. Biodata dosen pendamping

Jika ada yang ingin download File nya lengkap dalam bentuk Ms. Word, silahkan Download Disini